Etnosentrisme yaitu pandangan yang
merasa bahwa kelompoknya sendiri adalah pusat segalanya, sehingga semua
kelompok yang lain selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar
kelompoknya. Maka demikian etnosentrisme selalu menganggap kebudayaan
kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik.
Orang yang berprinsip etnosentris
cenderung kurang bergaul karena hanya bergaul dengan kalangannya saja, tidak
mau membukan wawasan, dan pemeluk agama yang fanatic.
Di masa lalu banyak peperangan yang
terjadi dikarenakan sikap etnosentrisme ini. Salah satu faktor penyebabnya
karena belum majunya teknologi komunikasi dan transportasi, sehingga interaksi
lintas budaya masih minim terjadi. Namun pada kenyataannya, praktik
diskriminasi ras seperti ini masih terjadi pada era modern seperti terjadi di
Afrika Selatan dengan politik apartheidnya sebelum dihapus pada 1994.
Pada saat apartheid masih
diberlakukan, perbedaan ras dilembagakan melalui undang-undang. Akibatnya,
seluruh aspek kehidupan masyarakat menjadi dibedakan berdasarkan ras dan warna
kulitnya. Sekolah, tempat umum, tempat ibadah, bahkan toilet pun berbeda, ada
yang khusus untuk warga berkulit hitam da nada yang untuk warga kulit putih. Akibatnya
yang menderita adalah warga kulit hitam karena mereka hanyalah warga kelas dua
di tanah kelahirannya sendiri.
Namun setelah dihapusnya apartheid
ini, keadaan berbalik 180 derajat, nama-nama kota berbau kulit putih dihapus
dan diganti, tanah-tanah dan kebun milik warga kulit putih diserobot oleh warga
kulit hitam, warga kulit putih kini berada di bawah tekanan warga kulit hitam.
Dampak
positif dari etnosentrisme yaitu dapat mempertinggi semangat patriotisme, menjaga keutuhan dan stabilitas
kebudayaan, serta mempertinggi rasa cinta
pada bangsa sendiri.
Dampak
negatif dari etnosentrisme yaitu Bila
suatu suku bangsa menganggap suku bangsa lain lebih rendah, maka akan
menimbulkan konflik yang bisa menjerumus kedalam kasus SARA. Selain itu dampak
negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme adalah terhambatnya proses
intregasi nasional.
Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah maka sikap demikian akan menimbulkan konflik. Konflik tersebut, misalnya kasus sara, yaitu pertentangan yang didasari oleh suku, agama, ras, dan antargolongan. Dampak negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme antara lain:
a. Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan
b. Menghambat pertukaran budaya
c. Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d. Memacu timbulnya konflik sosial.
Di sisi yang lain, jika dilihat dari fungsi sosial, etnosentrisme dapat menghubungkan seseorang dengan kelompok sehingga dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat kuat. Dengan memiliki rasa solidaritas, setiap individu akan bersedia memberikan pengorbanan secara maksimal. Sikap etnosentrisme diajarkan kepada kelompok bersama dengan nilai-nilai kebudayaan. Salah satu bukti adanya sikap etnosentrisme adalah hampir setiap individu merasa bahwa kebudayaannya yang paling baik dan lebih tinggi dibanding dengan kebudayaan lainnya, misalnya:
a. Bangsa Amerika bangga akan kekayaan materinya
b. Bangsa Mesir bangga akan peninggalan kepurbakalaan yang bernilai tinggi
c. Bangsa Prancis bangga akan bahasanya
d. Bangsa Italia bangga akan musiknya.